Aku tahu dia menyayangiku. Aku tahu itu lewat bibirnya tanpa pernah ia buktikan, aku tak pernah tahu itu lewat tingkah lakunya. Dia bilang dia milikku dan begitupun sebaliknya tapi aku sama sekali tak merasakannya, bahkan aku hanya merasa bahwa aku hanyalah penghalang kebahagiaannya bersama wanita lain. Dia selalu menyangkal dugaanku tapi aku masih ragu. Entah kenapa aku selalu merasa tak puas dengan jawaban - jawabannya yang kupikir itu bagian dari jutaan alasannya.
Kadang aku tak bisa mempercayainya, aku hanya berpura - pura percaya agar dia nyaman. Entah darimana aku mendapatkan ilmu, aku benar - benar mengetahui kapan dia membohongiku. Apa begitukah cinta? Apa setega itukah dia yang mengaku amat menyayangiku berbohong padaku? Aku diam meski aku tahu jawabannya.
Aku memang menjalin sebuah hubungan dengannya tapi tanpa sebuah status yang pasti. Lalu apa aku berhak untuk cemburu? Apa aku berhak untuk marah jika aku kecewa karena sikapnya? Apa aku berhak untuk melarangnya sesuatu yang tidak aku sukai? Bahkan apa aku berhak merindukannya dan mencarinya jika ia tiba - tiba menghilang? Aku takut jika itu bukan hakku hingga dia jenuh dengan sikapku. Aku takut ia pergi. Hubungan ini memang menyakitkan, penuh keserbasalahan. Jika kulepaskan karena terlalu sakit, aku takut menyesal. Jika kupertahankan karena cintaku, maka semakin besar lukaku. Jika kutunggu kesadarannya, mungkin ini hanya terjadi saat tak ada lagi sosokku di dunia ini.
Apa hubungan tanpa status itu sebuah kesalahan? Apa hanya kesakitan yang terus dirasakan? Apa hubungan ini hanya untuk melukis luka? Aku tak butuh jawaban, aku hanya butuh bukti bahwa jawab dari pertanyaanku ini adalah TIDAK. Karena aku tak ingin lagi mendengar kebohongannya yang begitu manis yang kadang membuatku muak. Aku lelah.
Kadang aku tak bisa mempercayainya, aku hanya berpura - pura percaya agar dia nyaman. Entah darimana aku mendapatkan ilmu, aku benar - benar mengetahui kapan dia membohongiku. Apa begitukah cinta? Apa setega itukah dia yang mengaku amat menyayangiku berbohong padaku? Aku diam meski aku tahu jawabannya.
Aku memang menjalin sebuah hubungan dengannya tapi tanpa sebuah status yang pasti. Lalu apa aku berhak untuk cemburu? Apa aku berhak untuk marah jika aku kecewa karena sikapnya? Apa aku berhak untuk melarangnya sesuatu yang tidak aku sukai? Bahkan apa aku berhak merindukannya dan mencarinya jika ia tiba - tiba menghilang? Aku takut jika itu bukan hakku hingga dia jenuh dengan sikapku. Aku takut ia pergi. Hubungan ini memang menyakitkan, penuh keserbasalahan. Jika kulepaskan karena terlalu sakit, aku takut menyesal. Jika kupertahankan karena cintaku, maka semakin besar lukaku. Jika kutunggu kesadarannya, mungkin ini hanya terjadi saat tak ada lagi sosokku di dunia ini.
Apa hubungan tanpa status itu sebuah kesalahan? Apa hanya kesakitan yang terus dirasakan? Apa hubungan ini hanya untuk melukis luka? Aku tak butuh jawaban, aku hanya butuh bukti bahwa jawab dari pertanyaanku ini adalah TIDAK. Karena aku tak ingin lagi mendengar kebohongannya yang begitu manis yang kadang membuatku muak. Aku lelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar