Dari awal aku mengenalmu, hal yang paling aku takutkan yaitu kepergianmu. Jauh darimu adalah mimpi buruk bagiku. Bahkan membayangkannya saja sudah membuatku tak dapat bernafas. Bagiku kau adalah oksigenku yang sudah menjadi kebutuhan, aku mati tanpamu.
Saat kau jauh, rindu ini menghujam menusuk kalbuku membuat aku hampir mati. Aku bagaikan tenggelam di hamparan lautan yang sangat luas dan dalam, sulit naik ke permukaan bahkan tidak bisa sama sekali. Aku lemas, tenagaku habis. Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis dan merasakannya. Dan ketika kau datang, mengulurkan tanganmu padaku, kegelisahanku berkurang. Aku naik kembali ke permukaan. Senyumku dapat mekar kembali bahkan dapat bernafas dengan lebih baik.
Kau memang segalanya bagiku, tapi apa aku juga segalanya bagimu? Pertanyaan ini terus menghantuiku, gentayangan mengusik jiwaku. Jiwa yang semula tenang, kini ketakutan dan gelisah. Aku takut jika jawabannya adalah tidak tapi aku gelisah, aku ingin tahu jawaban dari tanyaku ini.
Saat kau jauh, rindu ini menghujam menusuk kalbuku membuat aku hampir mati. Aku bagaikan tenggelam di hamparan lautan yang sangat luas dan dalam, sulit naik ke permukaan bahkan tidak bisa sama sekali. Aku lemas, tenagaku habis. Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis dan merasakannya. Dan ketika kau datang, mengulurkan tanganmu padaku, kegelisahanku berkurang. Aku naik kembali ke permukaan. Senyumku dapat mekar kembali bahkan dapat bernafas dengan lebih baik.
Kau memang segalanya bagiku, tapi apa aku juga segalanya bagimu? Pertanyaan ini terus menghantuiku, gentayangan mengusik jiwaku. Jiwa yang semula tenang, kini ketakutan dan gelisah. Aku takut jika jawabannya adalah tidak tapi aku gelisah, aku ingin tahu jawaban dari tanyaku ini.